Sabtu, 23 Maret 2013

Tulisan 1 (Konsep Sehat, Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental, Pendekatan Kesehatan Mental)

Ψ Konsep Sehat → Berbicara manusia berarti berbicara pula mengenai kehidupan, sebab manusia merupakan makhluk hidup yang sejatinya akan selalu mempertahankan kehidupannya, oleh karena itu manusia juga terkait erat dengan masalah kesehatan. Maka dari itu perlu bagi kita mengetahui tentang konsep sehat.
Sehari-hari kita menggunakan istilah sehat wal afiat untuk menyebut kondisi kesehatan yang prima, tetapi jika kita merujuk kepada asal istilah itu yakni “as shihhah wa al ‘afiyah” di situ ada dua dimensi pengertian. Kata “Sehat” merujuk pada fungsi, sedangkan kata “afiat” merujuk kepada kesesuaian dengan maksud pencipta.
(Sumber :  Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press)

Konsep sehat sendiri ditinjau berdasarkan sudut pandang yang berbeda dibagi menjadi dua:
1.  Konsep sehat dipandang dari sudut fisik secara individu dan
2.  Konsep sehat dipandang dari sudut ekologi
Konsep sehat secara fisik dan bersifat individu ialah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin”. Kesulitan yang dihadapi konsep ini adalah penentuan “normal” masih belum dapat dibakukan
Konsep sehat berdasarkan ekologi ialah “sehat berarti proses penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan”. (Sumber : Dudiarto, Eko. & Dewi, Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemologi.  Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC)

Ψ Sejarah Kesehatan mental → Karena dari pembahasan diatas kita sudah mengetahui mengenai konsep sehat maka selanjutnya pembahasan akan beralih ke tema tentang kesehatan mental yang memang merupakan pembahasan pokok yang saya tulis kali ini.  Langgulung (dalam Rochman, L.k., 2010: 3) mengatakan secara umum secara historis kajian kesehatan mental dibagi menjadi dua periode, yaitu periode pra-ilmiah dan periode ilmiah. Disini saya mencoba membahas beberapa periode tersebut secara ringkas.
1.  Periode Pra-ilmiah
      Sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme, awalnya  orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena Dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Kemudian pandangan ini berubah pada Zaman Hipocrates (460-467) menjadi naturalisme, pandangan naturalistik  ini kemudian dikembangkan oleh Galen yang selanjutnya banyak dipergunakan oleh orang-orang kristen. Seorang dokter dari Prancis bernama Philipe Pinel juga pernah menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental.
2.  Periode Ilmiah
      Pada era ini, terjadi perubahan besar dalam memendang sikap dan pengobatan gangguan mental, dari yang tadinya bersifat irrasional seperti animisme atau tradisional menjadi ilmiah atau rasional. Itu semua terjadi ketika psikologi abnormal serta psikiatri mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush seorang staf medis Rumah Sakit Penisylvania melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang mengalami gangguan mental dengan memberikan motivasi untuk mau bekerja, rekreasi dan mencari kesenangan sehingga tidak ada lagi perlakuan diskriminatif dengan memenjarakan penderita gangguan mental di sel yang kurang akan ventilasi udara. Perkembangan psikologi abnormal serta psikiatri pada akhirnya juga melahirkan mental hygiene atau kesehatan mental yang dirintis oleh Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Pada tahun 1909 kesehatan mental secara formal mulai muncul, hal tersebut diiringi dengan bermunculannya organisasi kesehatan mental yang terus bertambah pada tahun 1950, lalu terbentuklah beberapa gerakan yang dikembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World Health Organization.
     (Sumber :  Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press)

Ψ Pendekatan Kesehatan Mental → Dalam kesehatan mental ada beberapa para ahli yang mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, salah satunya yaitu Saparinah Sardli (dalam Suroso, 2001: 132) yang mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental.
1.  Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menyembulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari.
2.  Orientasi Penyesuaian Diri
Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya
3.  Orientasi Pengembangan Diri
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
(Sumber :  Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar