Rabu, 14 Maret 2012

Fenomena Aurora

Apa itu Aurora?
Ada berbagai mitos yang berkembang mengenai Aurora, diantaranya yaitu mitos Orang-orang kuno yang mempercayai bahwa aurora adalah perantara mereka untuk dapat melihat pasukan perang, karena mereka dapat melihat pasukan perang tersebut di dalam cahaya aurora. Orang-orang kuno juga menghubung-hubungkan munculnya fenomena alam itu dengan penyakit dan peperangan. Aurora berwarna merah terang pernah dianggap sebagai “kolam darah” para pejuang yang gugur dalam peperangan.  di North Country, Inggris, aurora dikenal sebagai “lembing terbakar”.  Sebelum revolusi perancis meletus, sebuah aurora muncul. Penduduk Skotlandia dan Inggris mengaku mendengar suara pertempuran dan melihat peperangan di angkasa. Pada tanggal 24 Februari 1716, berbarengan dengan kematian James Ratcliffe, Earl Derwentwater terakhir, muncul aurora berwarna merah terang dan bergerak cepat di langit. Sejak saat itu aurora itu dikenal sebagai Cahaya Lord Derwenwater”.
Terlepas dari berbagai mitos dan spekulasi yang beredar, sebenarnya fenomena aurora ini sudah banyak menarik perhatian beberapa ilmuan untuk menelitinya lebih lanjut, jauh sebelum mitos-mitos itu berkembang. Nama aurora sebenarnya diambil dari nama dewi fajar romawi kuno, nama tersebut pertama kali dipakai oleh Pierre Gassend, seorang ilmuwan dari abad ke-17. Sedangkan Istilah aurora borealis pertama kali digunakan oleh Galileo Galilei pada tahun 1619. Galilei sudah lama mempelajari cahaya-cahaya yang menakjubkan tersebut, galileo galilei pun mengungkapkan hal yang menyebabkan terjadinya aurora, menurutnya aurora disebabkan oleh pantulan sinar matahari pada lapisan atmosfer atas. kemudian trio Norwegia, yaitu Lars Vegard, Kristian Birkeland dan Carl Stxrmer juga melakukan penelitian mengenai aurora. Vegard adalah orang pertama yang memetakan warna aurora. Ia menggunakan spektrograf untuk mencatat panjang gelombang dan warna aurora. Menurut perhitungannya, warna hijau aurora mempunyai panjang gelombang 558 x 10E-9 m. Birkeland menyusun teori  yang menjelaskan fenomena aurora borealis pada  tahun 1896. Sebagian besar teorinya yang telah diuji di laboratorium tersebut, masih dipakai hingga sekarang. Birkeland dapat menciptakan aurora dengan membombardir bola logam yang mengandung elektromagnet (berperan sebagai bumi) dengan elektron  (berperan angin matahari). Ia juga menyusun serangkaian perhitungan teoritis.  Arus listrik di atmosfer kini dikenal sebagai arus Birkeland.
Lalu Stxrmer melanjutkan perhitungan teoritis Birkeland. Menurut Stxrmer, ada daerah seperti sabuk di sekeliling bumi dimana partikel-partikel akan saling memantul diantara kedua kutub. Beberapa tahun kemudian, daerah ini kemudian diukur dari satelit oleh ahli fisika Amerika bernama James Van Allan. Daerah ini kini dikenal sebagai sabuk Van Allen. Stxrmer juga meramalkan tinggi aurora borealis, yaitu sekitar 80-130 km, dengan cara membandingkan foto posisinya dengan bintang-bintang (Sumber http://bama_online.tripod.com/aurora.html). 
Jadi kesimpulannya, Aurora merupakan kenampakan atau fenomena alam yang indah dan cantik, berupa pita-pita cahaya dengan berbagai warna, biasanya berwarna hijau, kuning, biru atau merah tua. Aurora sering terlihat di Kutub Utara dan kutub selatan Bumi. Aurora yang muncul di kutub utara disebut Aurora Borealis atau Northern Light sementara yang muncul di Kutub selatan disebut Aurora Australis. Aurora juga bukanlah mitos semata, melainkan kejadian alam dengan serangkaian proses yang menghasilkan cahaya cantik, terdiri dari partikel-partikel magnetik yang tercipta akibat pantulan sinar matahari dan dikemas oleh alam secara sempurna.

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar