Pages

Jumat, 26 April 2013

Mencoba Untuk Terbang "Tanpa" Sayap

      Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan bermain dengan anak-anak Sekolah Dasar (SD), sebenarnya niat awal hanya ingin menganalisa kepribadian anak kelas 5 SD demi memenuhi tugas akhir Psikologi Kepribadan, tapi belakangan saya malah terkesan dengan anak-anak SD tersebut. banyak pelajaran yang bisa saya cerna dari mereka, terutama soal mimpi. setelah mewawancarai beberapa anak, saya menemukan "ada" berbagai mimpi dan tentunya kekuatan dalam diri mereka. lalu apa hubungannya mimpi dengan mencoba untuk terbang tanpa sayap, seperti judul yang saya berikan untuk tulisan ini?. sebelum saya menjawabnya, saya ingin bertanya terlebih dahulu, pernah kah kalian mendengar istilah "Bermimpilah Setinggi Langit" ? tentu pernah bukan?. pada dasarnya setiap individu pastilah memiliki mimpi, karena mimpi adalah motif, motif yang akan selalu mendorong kita maju. saya pribadi percaya akan kekuatan mimpi, tentunya kekuatan mimpi yang dibalut dengan janji Tuhan >> Man Jadda Wa Jadda >> siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.
 
saat observasi, saya sengaja mengajak teman-teman kecil saya di SD melompat setinggi-tingginya, tahu kenapa? karena kita boleh saja bermimpi, tapi jangan sampai terlena dengan mimpi sehingga kita lupa untuk bangun, bangun mengejar dan meraih mimpi tersebut. saya mengibaratkan melompat dengan terbang, yang melambangkan usaha atau 'Jadda' kita dalam meraih apa yang kita impikan. tidak peduli seberapa panjang, tidak peduli seberapa berat, mimpi tetap harus di usahakan, hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Ahmad Fuadi penulis novel best seller "Negeri Lima Menara" >> "Bela lah mimpi kita dengan semangat, ikhlas dan usaha". So wake up for ur dream and then flying high to catch ur dream, although without wings

Minggu, 21 April 2013

Dulu, aku dan pertemanan kita

                            Hari ini entah kenapa tiba2 teringat sesuatu, lagu itu, lagu terakhir yang kamu kasih. hari ini entah kenapa semua memori itu kembali menguar. dulu, duluu sekali, kita sering meributkan hal-hal kecil dan kamu orang yang paling tidak mau ngalah sedikitpun, kalau aku sudah marah, bukannya minta maaf kamu justru tertawa terpingkal. duluu kalau aku merasa bingung, sedang tidak enak hati atau sedang marah dan sedih kamu orang pertama yang lagi2 entah kenapa yang pertama ingin aku hubungi, tapi belum sempat aku hubungi kamu justru lebih dulu menghubungiku, bercerita banyak hal, mengajakku bercanda hingga aku lupa dengan masalahku sendiri. dulu, duluu sekali, waktu yang mempertemukan kita, tapi kini waktu jualah yang memisahkan kita, aku tahu dan aku mengerti jika ada pertemuan maka akan ada perpisahan diakhir karena itu aku tidak pernah menyesali semuanya. duluu sebelum jarak menyekat kebersamaan kita kamu pernah bilang "jangan pernah berubah, jangan mudah terbawa arus, cukup jadi lu yang sekarang". percaya atau ngga  kata2 kamu itu masih aku simpan dan ingat baik2 dalam memori hingga aku tak 'berani' untuk mengingkarinya. tapi kini? semua justru terbolak-balik, aku tetap jadi aku yang dulu, tapi kamu? kamu berubah, perlahan menjauh dan kemudian menghilang walau kadang kamu datang lagi2 disaat yang amat sangat temat, disaat aku merasa bingung, sedang tidak enak hati atau sedang marah dan sedih, kamu bagi lagi sedikit keceriaan itu. "sedikit" yaa hanya sedikit karena setelah itu kamu kembali menghilang. terakhir kali sebelum jarak menyekat kita, mungkin kamu masih ingat dengan lagu ini :)

 I love you but it's not so easy to make you here with me
I wanna touch and hold you foreverBut you're still in my dreamAnd I can't stand to wait ‘till nite is coming to my lifeBut I still have a time to break a silenceWhen you love someoneJust be brave to say that you want him to be with youWhen you hold your loveDon't ever let it goOr you will loose your chanceTo make your dreams come true...
I used to hide and watch you from a distance and i knew you realizedI was looking for a time to get closer at least to say... “hello”And I can't stand to wait your love is coming to my lifeWhen you love someoneJust be brave to say that you want him to be with youWhen you hold your loveDon't ever let it goOr you will loose your chanceTo make your dreams come true (when you love someone endah n rhesa)
walaupun sekarang kamu berubah sangat berbeda aku ga peduli, karena aku tahu dan yakin, kamu punya alasan atas itu semua. dulu, aku dan pertemanan kita pernah semanis lagu ini hingga jarak menyekat semuanya :) tapi aku paham, mungkin ini jalanmu untuk membuatku lebih dewasa, seperti induk penyu yang melepas anaknya kelaut bebas, meski harus tertatih di awal, tapi di akhir justru bisa menantang laut lepas, bertahan hidup dengan baik :)

Sabtu, 20 April 2013

Tulisan 3


Ψ Coping/Koping Stress
            Tugas atau pekerjaan menumpuk, kesibukan sehari-hari dan kemacetan seolah-olah merupakan aktivitas yang telah mendarah daging pada kita yang harus kita lewati setiap harinya. Karena itu tidak heran, banyak dari kita yang mengalami stres. Maka dari itu kita perlu mengetahui bagaimana cara-cara mengatasi stres. Cara atau individu dalam mengatasi stres itu sendiri dikenal dengan Coping Stress.

·         Pengertian dan Jenis-jenis Koping
Lazarus dan Folkman, 1984; Sarafino, 1990; Taylor, 1991) menggambarkan koping sebagai → suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan dari individu atau tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful.
Berikut dua jenis koping :
♪ Emotional Focused Coping → digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Bila individu tidak dapat merubah kondisi yang stressful, individu cenderung untuk mengatur emosinya.
§  Distancing , ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah .
§  Planful Problem Solving, atau perencanaan, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
§  Positive Reapraisal, yaitu usah untuk mencar makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
§  Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
§  Escape, usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll.

♪ Problem Focused Coping → untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan baru. Metode atau fungsi ini lebih sering digunakan oleh para dewasa.
§  Self Control, merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
§  Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
§  Positive Reinterpretation, respon dari suatu individu  dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
§  Acceptance, berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
§  Denial (avoidance), pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya. (Sumber: Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia)

·         Jenis-jenis Koping yang Konstruktif
Harber & Runyon (1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif, yaitu:
1. Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagi informasi yang relevan berkaitan dengan soal yang dihadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang diperoleh paling besar.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk melakukan koping jenis objektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilah dan membuat keputusan yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataanya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan tidak terarah.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan individu yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya, sehingga persoalan diartikan secara baru, yaitu sebagai persoalan yang biasa, wajar dan dialami oleh orang lain juga.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif. Koping supresi juga mengandaikan individu memiliki kemampuan untuk mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul, pikiran sadarnya tetap bisa melakukan kontrol secara baik. Berhitung sampai sepuluh ketika mulai merasakan emosi marah, sehingga kepala menjadi dingin kembali sehingga mampu memikirkan alternatif tindakan yang lebih baik, merupakan contoh supresi.
6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas

Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut. Kemampuan melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif hidup yang matang, luas dan memiliki rasa aman yang cukup.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain. Kemampuan empati ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan menghayati perspektif pengalaman orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi semakin kaya dalam kehidupan batinnya.


·         Jenis-jenis Koping yang Positif
Diantara berbagai jenis koping, terdapat beberapa jenis koping positif yang baik untuk diterapkan agar dapat mengatasi stres dengan benar, koping-koping tersebut antara lain :
Problem-solving focused coping
♪ Distancing
♪ Planful Problem Solving
♪ Positive Reapraisal
♪ Self Control
♪ Emotion-Focused Coping
♪ Self Control
♪ Seeking Social Support (For Emotional Reason)
♪ Positive Reinterpretation
♪ Active coping



Jumat, 19 April 2013

Tulisan 2



Ψ Pengertian Stress
Stres menurut Hans Selye (1983) merupakan respons nonspesifik dari tubuh manusia terhadap tuntutan, sehingga konsep stressnya dikategorikan kedalam konsep stres biologis. Selye (1983) mengemukakan respons tubuh terhadap stres tersebut sebagai sindrom stres (stress syndrom) atau sindrom adaptasi umum (General Adaptation Syndrom-GAS) yang merupakan respons umum dari tubuh.

(Sumber : Nurs, M.N & Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika)

Stres menurut Lazarus 1999 (dalam Rod Plotnik 2005:481) Stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.

(Sumber : Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma)

Ψ Efek-efek Stres menurut Hans Selye
·         Local Adaptation Stres.
Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stres. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
ü  Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
ü  Respon bersifat adaptif ; diperlukan stresor untuk menstimulasinya.
ü  Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
ü  Respon bersifat restorative.

·         General Adaptation Syndrom
Selye (1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui beberapa tahap berikut :
ü  Tahap peringatan (Alarm Stage)
Tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.
ü  Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage)
Tahap dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.
ü  Tahap Kelelahan atau distres (Exhaution Stage)
Tahap dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh

(Sumber : Nurs, M.N & Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika)

Ψ Faktor faktor individual dan sosial yang menjadi Penyebab Stres

    ♫ Faktor Individual
        Stres muncul dalam diri seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stres yang paling utama. Menurut Kurt Lewin, kekuatan motivasional yang melawan menimbulkan dua cenderungan yang melawan: pendekatan dan penghindaran.

♫ Faktor Soisal
1.      Faktor keluarga
Stres disini dapat bersumber dari interaksi diantara para anggota keluarga, sperti perselisihan dalam masalah keuangan, sling acuh tak acuh dll.
2.      Faktor komunitas dan lingkungan
Interaksi subyek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres
3.      Faktor Pekerjaan
Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia dapat mengakibatkan stres

(Sumber: Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia)

Ψ Tipe-tipe Stres

1.      Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.

2.      Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidan-avoidant conflict.

3.      Frustasi
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
♪ Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami   
frustasi.
♪ Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru,   kemudian terhambat untuk  melakukan sesuatu (misal  jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi
♪ Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.

4.      Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya. 


Ψ Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress

Menurut lazarus dan folkman,  ada 2 jenis strategi coping, yaitu:
problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress, dan dipaparkan para ahli bahwa aspek-aspek yang digunakan individu di bagi menjadi lima, sebagai berikut:
♪  Distancing → ini adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar dari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positf, dan seperti menganggap remeh/lelucon suatu masalah.
♪  Planful Problem Solving, atau perencanaan → individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
♪  Positive Reapraisal → yaitu usah untuk mencar makna positif dari  permasalahan dengan pengembangan diri, dan stategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
♪  Self Control → merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
♪  Escape → usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dll
Emotion-Focused Coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Berikut adalah aspek-aspeknya:
Self Control → merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah  dengan cara mengendalikan dri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
Seeking Social Support (For Emotional Reason) → adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian.
 Positive Reinterpretation → respon dari suatu individu  dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah),
♪ Acceptance → berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya.
 Denial (avoidance) → pengingkaran, suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.